Senin, 29 Februari 2016

MEMBANGUN SEBUAH MONUMEN D DALAM PIKIRAN!

Pagi ini saya bangun tidur dengan sebuah perasaan yang kurang enak. Ini karena dari tadi malam sebelum tidur saya sudah sibuk memikirkan berbagai rencana aktivitas untuk hari ini. Dari pagi sekali saya harus menembus kemacetan Jakarta untuk mengunjungi beberapa calon klien yang cukup jauh dari rumah, mengerjakan beberapa laporan dan berbagai urusan kantor lain. Tapi bukan itu yang membuat perasaan saya kurang enak. Ada satu kegiatan baru yang harus saya lakukan mulai hari ini.

Hari ini saya memutuskan memasuki sebuah zona ketidaknyamanan baru yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Uncomfort  Zone baru itu bernama ODOP atau singkatan dari One Day One Post. ODOP adalah sebuah komunitas pembelajaran menulis yang anggotanya harus berkomitmen memposting satu tulisan per hari di blog masing-masing. Dan hari ini adalah hari pertama kami semua harus mulai memposting tulisan. Tentu saja ini bukan hal mudah bagi saya. Sebagai seorang yang sulit melakukan multitasking dan punya hobi selalu menunda dan menunggu semuanya harus sempurna baru bertindak, maka terbayang sudah penderitaan saya mengikuti komunitas ini. Diramu jadi satu dengan berbagai kepadatan aktifitas hari ini maka tugas posting hari pertama saja sudah membuat perut saya mules.

Lalu kenapa saya mau merepotkan diri terlibat dalam komitmen ini? Nah, itu juga yang menjadi salah satu tema tulisan yang harus kami posting di minggu pertama komunitas ini : “Mengapa saya bergabung ODOP?”. Saya pun mulai membuka laptop saya setelah semua pekerjaan beres. Seperti biasa sebelum memulai menulis saya selalu menyalakan musik untuk membantu melancarkan ide dan proses kreatif saya . Dengan cepat saya memasukan lagu ‘Bila tiba’ nya UNGU ke playlist mp3 saya. Salah satu lagu favorit yang sudah biasa saya dengarkan. Lirik-lirik indahpun mulai melantun dari speaker komputer saya :

Saat tiba nafas di ujung hela
Mata tinggi tak sanggup bicara
Mulut terkunci tanpa suara

Bila tiba saat berganti dunia
Alam yang sangat jauh berbeda
Siapkah kita menjawab semua pertanyaan

Bila nafas akhir berhenti sudah
Jantung hatipun tak berdaya
Hanya menangis tanpa suara

Mati..... tak bisa untuk kau hindari
Tak mungkin bisa engkau lari
Ajalmu pasti menghampiri
Mati...tinggal menunggu saat nanti
Kemana kita bisa lari
Kita pasti kan mengalami

Di tengah lantunan indah lirik lagu ini mengalir , tiba-tiba Haidar (5 tahun) anak saya yang sedang bermain lego disamping saya bertanya “ Ayah, kalau Haidar sudah sebesar ayah nanti, apakah ayah akan tua dan meninggal?”  Sayapun menjelaskan bahwa semua manusia akan meninggal termasuk Ayah dan bunda. Saat Allah memanggil kita semua harus siap menghadapNya. Tanpa saya duga Haidar langsung menghampiri dan memeluk saya sambil menangis. “Haidar tidak mau ayah bunda meninggal. Haidar sayang Ayah Bunda. Haidar mau sama Ayah bunda terus”.Tanpa terasa air mata saya mengembang di pelupuk mata dan kamipun berpelukan erat sambil saya mengelus lembut punggungnya. Haidar terus menangis sambil bicara betapa ia sayang ayah dan bundanya. Saya pun menghibur dan memintanya selalu berdoa agar kita sekeluarga bisa dikumpulkan Allah di surgaNya nanti

Setelah tangisnya agak mereda iapun kembali meneruskan bermain lego sambil terus mengoceh dan menangis kecil.Sayapun bersyukur hari ini saya diberikan sebuah kenangan indah bersama putra tercinta kami. Sebuah kenangan yang menguatkan ikatan kasih sayang antara kami. Sebuah peristiwa yang akan menjadi bagian dari bangunan memori indah di pikiran kami masing-masing

Kembali ke tema tulisan “mengapa saya bergabung ODOP?” yang harus saya posting hari ini. Awalnya saya ingin menjelaskan betapa komunitas ini penting untuk membangun komitmen saya untuk selalu menulis. Bahwa dengan menulis setiap hari saya akan berhasil mengkontruksikan secara utuh banyak sekali pemikiran yang tercecer. Bahwa dengan menulis setiap hari saya akan mengalami sebuah proses kreatif yang luar biasa. Bahwa dengan menulis setiap hari sebenarnya saya sedang mengenal diri saya lebih baik lagi. Dan masih banyak lagi hal yang saya akan dapat dari komitmen menulis setiap hari yang ingin saya tulis. Namun semua itu tidak jadi saya tulis karena saya mendapat satu pelajaran berharga dengan anak saya hari ini. Bahwa peristiwa yang saya alami bersama anak saya tadi harus saya rekam untuk menjadi pengingat antara kami berdua suatu hari nanti. Bahwa begitu banyak peristiwa-peristiwa yang terserak setiap harinya yang begitu indah jika dirangkai di dalam sebuah tulisan. Sayapun mulai menyadari bahwa  dengan menulis setiap hari saya sedang membangun sebuah monumen kenangan hari demi hari hidup saya di dalam pikiran!