Kamis, 19 Februari 2015

GARA2 JOKOWI vs PRABOWO


“Prabowo itu dalang kerusuhan 98. Dia otak dibalik pembantaian etnis Cina saat itu“( 1.837 like, 335 share)

“Jokowi itu agamanya nggak jelas.Dia cuma pura2 Islam. Dia itu peliharaan Yahudi. Buktinya Sholatnya aja salah”( 1.209 like, 450 share)

“Prabowo itu titisan Soeharto. Dia bakal jadi pemimpin otoriter, buktinya dulu ia menculik para aktivis HAM & Demokrasi” ( 3.025 like, 553 share)

“Jokowi itu keturunan Cina. Jadi kalau dia menang pasti negara ini akan dikuasai keturunan Cina”( 2.009 like, 650 share)


Saya sering senyum2 sendiri (sambil geleng2 kepala) melihat bagaimana para pembela fanatik kedua tokoh tersebut merebut simpati publik dengan cara membuat berita dan opini seperti ini. Saya yakin mereka sendiri sebenarnya tidak bisa mempertanggungjawabkan validitas informasi yang mereka sebarkan tersebut. Tapi entah kenapa masyarakat kita mudah sekali terindoktrinasi oleh pendapat para opinion former ini. 
Masyarakat kita mudah sekali MENELAN OPINI SUBJEKTIF dan malas sekali berpikir dan menganalisa sebuah informasi. Istilah saya : LAZY MIND!!!

Bahkan lebih dari itu, dimasyarakat kita berita burung pun bisa jadi sebuah fakta yang diyakini. Masih ingat kan berita jaman dulu. Katanya Ibu Tien Suharto itu meninggalnya gara2 anak2nya (Bambang & Tomy) berantem, terus tembak2an dan pelurunya nyasar kena bu Tien (Glek!). Ada juga Broadcast Message berisi pesan dari juru kunci makam Rasulullah yang harus di forward atau jika tidak kita bisa mendapat musibah (Nahan ketawa.). Herannya berita seperti ini bisa ditelan mentah2 sebagian masyarakat kita bahkan oleh orang2 yang ngakunya terdidik (Baca : sarjana). Jadi nggak usah heran kalau tayangan infotainment di Indonesia nggak pernah anjlok ratingnya. Ini mungkin karena para opinion maker lebih senang membodohi masyarakat dengan rumor dan gosip demi kepentingan golongannya ketimbang mendidik masyarakat kita agar memiliki konstruksi berpikir yang baik.

Menurut saya ,sebuah tesis harus kita cerna dulu dalam sebuah kerangka berpikir yang menyeluruh dan tidak menelannya bulat2. Apalagi hanya sekedar sebuah berita tentang tokoh yang kita sendiri tidak bisa membuktikan kebenarannya. Kok bisa2nya kita langsung forward kemana2. Iya kalau benar, nah kalau salah gimana? Berarti kita sudah terkena klausul menfitnah orang di mahkamah pengadilan akhirat nanti. Gimana kalau itu berita benar? Eit nanti dulu, hati2 juga menyebarkannya. Kita masih bisa kena delik membuka aib orang (ghibah) di pengadilan tertinggi Allah nanti

Terus harus gimana ?

PERTAMA , menurut saya siapapun presiden yang menang nanti, yang penting kita nggak ikut2an menfitnah orang dengan berita yang kita sendiri tidak tahu dengan jelas duduk persoalannya hanya untuk mendukung logika berpikir kita. Rugi dong. Mereka yang jadi presiden, kita yang masuk neraka.

KEDUA, kita harus melatih diri kita untuk berpikir sebelum bicara (beropini). Bukan sebaliknya, mendengar/membaca terus langsung bereaksi. Saya jadi ingat apa kata John Naisbitt dalam bukunya MINDSET. Dia bilang jika kita melihat sebuah fenomena, jangan dengarkan OPINI tapi lihat FAKTAnya.
Maksudnya gimana? Begini..., kalau ada yang bilang Manchester United itu adalah klub sepak bola terbaik nomor 1 di dunia, itu namanya OPINI. Sekalipun yang bilang itu adalah tokoh sepak bola terkenal yang pendapatnya didukung oleh para ulama, kyai & persatuan habib sedunia (apa hubungannya coba , tetap saja itu namanya OPINI.

Tapi kalau Manchester United juara Liga Champion 10 kali berturut2 dan belum pernah terkalahkan sekalipun, itu baru namanya FAKTA. Fakta adalah SKOR ANGKA, akumulasi poin demi poin bukan deskripsi pendapat.

Seorang presiden bisa saja bilang ekonomi negaranya mengalami kemajuan. Itu namanya opini. Skornya gimana? Berapa PDB nya, Berapa Angka pengangguran yg terserap lapangan kerja, Berapa kilometer infrastruktur jalan yang dibangun. Bagaimana angka ekspor & impornya? Bagaimana skor pemberantasan korupsi dst....dst. Indikator2 Itu baru bisa disebut fakta.

Disinilah kemampuan CRITICAL THINKING dibutuhkan : Kemampuan BERTANYA & MEMPERTANYAKAN JAWABAN!

Jadi saat kiita menyikapi berita kedua ttg kedua kandidat, jangan langsung diforward. Tapi gunakan critical thinking dulu. Misalnya, Kalau ada yang bilang Prabowo itu calon presiden yang berani & tegas . Itu opini. Faktanya gimana? Terus Kalau ada yang bilang Jokowi itu calon presiden yang merakyat & berorientasi kerja bukan bicara. Itu opini. Faktanya gimana?

Itu pertanyaan2 yang harus kita cari jawabannya sebelum ikut2an beropini.

Nah kira2 Itulah alur berpikir yang harus kita lewati sebelum ikut2an beropini. Jadi mulai sekarang jangan Lazy Mind dan gampang ikut2an beropini. Kalau tidak mengerti persoalan lebih baik diam dan belajar mencerna sebuah berita. Mana yang Opini , mana yang fakta. Setelah itu silahkan menfroward, beropini dan dukung mendukung dengan cara yang bermartabat. Bukan ikut2an menfitnah. Setuju?

Jadi sekarang anda sudah mulai belajar membedakan mana opini, mana yang fakta. kalau ada berita : “Harry Tanoe itu pemilik MNC TV”, anda sudah tahu itu adalah Fakta.

Tapi kalau ada berita “Harry Tanoe itu orang yang narsis abis dan kelihatan ambisius banget” anda tahu itu adalah opini saya pribadi yang nggak perlu dipercaya. Hehehe. Pisss!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar