Saat semalam iseng-iseng baca buku pelajaran PPKn keponakan
saya yang berjudul “Tolong-menolong”, saya jadi tergoda untuk membuat sedikit teori
tentang tipe-tipe orang dalam menolong. Tentu saja teori ini bukan hasil penelitian serius. Apalagi tulisan ini dibuat untuk alasan mengulur-ulur
waktu mandi pagi saya di hari minggu. Nah begini teorinya, ada 3 tipe orang dalam
menolong :
Tipe pertama adalah menolong dengan tulus. Ini tipe langka. Mereka
menolong tanpa embel-embel (tidak ada tanda bintang *syarat dan ketentuan
berlaku seperti di iklan-iklan). Saya pernah merasakan pertolongan seperti ini.
Orang-orang yang tidak saya kenal tiba-tiba memberikan jalan buat kendaraan
saya sambil tersenyum tulus disaat mobil-mobil lain begitu takut diserobot
jalurnya. Suatu hari saat saya terjepit masalah berat orang tipe ini pernah diam-diam (tanpa saya tahu) memberikan bantuan yang membuat saya terharu bahagia. Saking
bahagianya sayapun belajar ‘membalas’ kebaikan mereka dengan cara membantu
orang yang sedang terjepit juga. Awalnya saya pikir orang-orang tulus ini akan kehilangan sesuatu (uang, waktu, tenaga, dll),
ternyata saya salah. Mereka malah mendapatkan sesuatu. Sebuah kebahagiaan yang
diam-diam menyelinap dalam hati mereka. Sayapun mulai ketagihan menolong orang yang
sedang terjepit masalah setelah merasakan kebahagiaan ini. Sampai suatu saat
saya menyadari bahwa pertolongan yang saya berikan bukan pertolongan yang tulus, tapi mengharapkan kebahagiaan untuk diri saya. Apalagi kalau orang yang
saya tolong mengirimkan pesan sms rasa terima kasih yang mendalam ke hp saya. Sayapun dibuat bahagia, tapi ketulusan sudah
hilang entah kemana.
Tipe kedua adalah menolong karena berharap sesuatu. Ini tipe paling
banyak. Kalau anda pergi mengurus surat-surat kendaraan bermotor
misalnya, akan banyak orang di loket yang berkata “Mau saya bantu pak/bu?”.
Di lampu merah juga ada orang yang
membersihkan kaca mobil anda tanpa anda minta. Disaat hujan ada
orang-orang yang memberi anda payung agar tidak kebasahan. Tentu saja argo tarifnya
berjalan. Ngomong-ngomong soal payung, teman saya punya cerita lucu. Saat beribadah umroh ia pernah terjebak hujan di masjid. Seorang bapak tua tiba-tiba memberikan
ia payung dan mengantarkannya ke hotel di seberang masjid. Tiba di hotel teman
saya mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa riyal ke bapak tadi. Si
bapak buang muka meninggalkan teman saya sambil mengatakan kalimat-kalimat
dalam bahasa Arab. Teman saya melongo. Dia tanya sama orang di sebelahnya apa
yang diucapkan bapak tadi. Ternyata bapak tua tadi bilang “ Semoga Allah mengajarkan
keihklasan hati kepada orang-orang di negri anda”. Teman saya malu setengah
mati. Beginilah hasil didikan bangsa kita katanya. Kita dididik untuk selalu
menyiapkan uang tempel karena mata uang ketulusan tak laku lagi untuk bertransaksi
di negri ini.
Tipe ketiga adalah menolong untuk mendapatkan kekuasaan. Tipe ini mirip
dengan tipe kedua. Mereka mengharapkan sesuatu, tapi bukan materi. Mereka menginginkan kekuasaan terhadap orang yang ditolong! Waktu masih mahasiswa dulu (zaman orde baru) saya pernah
bekerjasama bisnis dengan seorang teman. Usianya masih sebaya dengan saya. Saya
jadi suplier diperusahaannya. Ia sendiri sudah jadi pengusaha sukses.
Perusahaannya ditunjuk menjadi rekanan sebuah departemen di pemerintahan. Jadilah
di usianya yang masih awal 20an, ia sudah bergaul dengan menteri dan dirjen. Diusia
belia ia sudah bisa beli mobil dan beberapa properti. Teman saya ini
selalu didampingi seorang bapak setengah tua kemana-mana. Ia seorang paranormal
yang selalu membimbing langkah bisnisnya. Bukan strategi bisnis umum
yang ia ajarkan tapi strategi ala paranormal yang membingungkan. Sayapun dibuat
pusing kalau bicara dengan bapak ini. Tapi apa daya melawan, semua kata-kata
bapak ini selalu terbukti benar. Teman saya bisa jadi orang kaya dalam
hitungan bulan di bawah bimbingannya. Anehnya, orang ini tidak pernah minta
apapun dari teman saya. Ia tidak pernah minta uang kecuali
sekedar untuk hidup sehari-hari. Ia cuma minta satu hal : kepatuhan mutlak. Ia minta
teman saya untuk menuruti semua perkataannya dan tidak boleh membatah. “Kalau kamu
nurut dengan saya pasti sukses, kalau tidak rasakan sendiri akibatnya” begitu
kira-kira titahnya. Jangankan mengkritik, mengusulkan sebuah idepun kadang dianggap pembangkangan.
Setelah beberapa bulan sering bolak-balik dan nongkrong
dikantor teman saya, si bapak paranormal ini mulai mendekati saya. Suatu siang
ia mengajak saya bicara empat mata. Ia menawarkan saya menjadi pengusaha sukses
hanya dalam hitungan bulan seperti teman saya. Ia bilang bahwa ia tidak akan minta prosentase
bagi hasil apapun dari kesuksesan bisnis saya nanti. Ia hanya mau menolong
saja. “Saya tulus menolong anda. Nanti kalau anda sudah sukses, saya akan cari
orang lagi untuk saya bantu”. Naluri jiwa muda tentu
saja sempat menggoda, namun saya memutuskan menolak tawarannya secara halus demi
menjaga keyakinan agama saya. Si Bapak inipun terlihat tersinggung. Kontrak kerja saya dengan teman sayapun diputusnya. Sayapun bingung dimana ketulusan
yang ia bicarakan kemarin?
Dari situ saya belajar bahwa ternyata ada orang yang
menolong untuk mencari kekuasaan. Orang tipe ini selalu berpikir “Kamu
tidak akan berhasil tanpa saya tolong!” atau "Anda bisa begini karena saya". Akibatnya orang ini akan marah-marah kalau kita terlihat kurang menghargai dia. Mereka juga rajin menyebut-nyebut jasa-jasanya sambil tidak lupa mengatakan betapa tulusnya ia menolong kita. Terdengar lucu memang. Orang ini dengan sangat halus mengikat kita dalam sebuah permainan yang mengintimidasi. Semua tata nilai harus sesuai persepsinya. Sekali masuk dalam permainannya, anda yang 'tidak enakan' akan dibuat bingung
bagaimana harus bersikap. Orang yang memegang posisi otoritas tertentu lebih mudah memainkan permainan ini.
Nah begitulah kira-kira teori singkat saya. Jadi kalau
besok-besok anda bertemu dengan orang yang selalu menyebut-nyebut kebaikan dan ketulusannya, namun di satu sisi
ia marah-marah kalau anda terlihat kurang menghargai ketulusannya dan
mulai memainkan politik hutang budi. Anda
mungkin perlu waspada. Jangan-jangan ia sedang mengajak anda memainkan sebuah
permainan mengintimidasi bernama "Permainan menolong"!