Suatu pagi anda bangun dan mendengar suara hujan diluar rumah. Ada yang berbeda dari suara hujan pagi ini. Anda membuka jendela dan melihat keluar. Hujan apa ini? Kenapa diluar tetangga anda begitu ramai bersorak sorai gembira menyambut hujan? Andapun menyalakan TV di kamar anda dan segera mencari stasiun berita. Hampir semua stasiun TV memberitakan fenomena alam yang sangat aneh hari ini “HUJAN BATU BERLIAN TERJADI HAMPIR DI SELURUH DUNIA”. Andapun langsung loncat dari tempat tidur anda dan membangunkan seluruh anggota keluarga. Dengan penuh semangat anda mengajak seisi rumah untuk bergabung dengan tetangga-tetangga anda di luar sana, mendulang berlian. Anda begitu bersemangat mendulang berlian-berlian ini dan berpikir sebentar lagi anda akan kaya raya. Namun baru sepuluh menit anda menyeroki berlian, tiba-tiba ada alarm yang berbunyi di otak anda. Anda menyadari suatu hal: jika hari ini hampir di seluruh dunia terjadi hujan berlian, berarti semua berlian-berlian ini tidak ada lagi harganya!
Cerita ini terasa pas bagi saya untuk menggambarkan era
digital yang ada di hadapan kita sekarang ini. Kita semua merasakan betapa hari
ini kita dihujani informasi dengan begitu derasnya sehingga kadang informasi
tadi jadi kehilangan nilainya. Baru sebentar saya merasa bangga karena sudah
mempelajari sebuah pengetahuan baru yang jarang diketahui orang, tiba-tiba
dalam waktu sekejap apa yang saya tahu ternyata orang lain juga sudah banyak
yang tahu.
Saya yakin anda pasti merasakan apa yang saya rasakan.
Setiap saya main ke toko buku, saya selalu dibuat gemes dengan banyaknya
buku-buku bagus yang baru terbit padahal buku-buku yang saya beli beberapa
bulan lalu saja masih antri dan belum sempat terbaca. Belum lagi di dunia maya,
saat anda membuka facebook atau twitter misalnya, anda akan digoda sekian
banyak link yang membuat anda
penasaran untuk mengetahui isinya. Tidak terasa informasi-informasi tadi
berjejal di pintu otak kita menuntut untuk mendapat prioritas dan perhatian.
Apalagi kalau anda seorang akademisi atau praktisi di bidang tertentu.
Jurnal-jurnal ilmiah dan informasi-informasi baru salip menyalip mengacaukan
pakem dan kemapanan yang sudah lama anda pegang.
Beberapa tahun lalu saya pernah membaca sebuah artikel yang
mengatakan bahwa hari ini ilmu pengetahuan berkembang dua kali lipat (double)
setiap 2,5 tahun. Artinya (kalau boleh saya tafsirkan secara bebas), seorang
sarjana S1 yang lulus dengan IPK Cum laude dan memutuskan berhenti menjadi
seorang pembelajar, akan menjadi orang yang setengah bodoh 2,5 tahun kemudian.
Tidak heran Alvin Tofler sampai bilang “The illiterate of the 21 st century will be not be those who can not
read and write, but those who can not learn, unleran and relearn”.
Menurutnya di era ini kita dituntut untuk gila belajar, lalu ‘membuang’ apa
yang sudah kita pelajari (hal-hal yang usang), untuk kembali belajar hal baru.
Siklus ini terintegrasi. Tidak cukup learn
saja, tapi harus un-learn dan kemudian
re-learn. Terbanyangkan bagaimana
kita harus bersiap diri menjadi manusia pembelajar seumur hidup kita.
Sayangnya, banyak dari kita yang menghadapi era kaget
informasi ini hanya sebagai pendulang berlian seperti pada cerita hujan berlian
diatas. Kita ‘menyerok’ semua informasi yang masuk tanpa membarengi kemampuan
kita mencerna dan mengolahnya dengan baik, apalagi mampu menciptakan peluang
baru dari informasi tadi. Kita tidak punya sistem alarm tentang mana informasi
yang efektif mana yang tidak. Jadilah kita sekumpulan ‘konsumen informasi’ yang
tidak berdaya dihantam badai informasi. Disatu sisi kita bisa cepat mendapatkan
banyak ide baru, namun di sisi lain kita juga menjadi orang-orang yang cepat
bosan dengan ide tersebut sebelum berhasil mengolahnya menjadi sesuatu yang
bernilai tinggi. Kita kehilangan ketekunan
untuk mempelajari sesuatu secara mendalam hingga tuntas dan mudah
berpindah-pindah fokus. Inilah yang saya sebut sebagai syndrome FAST TO GET,
FAST TO BORED!
Tulisan bang yudha informatif banget. Mantaap
BalasHapusKeren bang ... menginspirasi banget
BalasHapusInspiring.. sebagai pembelajar kita harus bisa menyaring informasi 👍
BalasHapusJadi lebih semangat tuk tetap belajar sepanjang masa
BalasHapusJadi lebih semangat tuk tetap belajar sepanjang masa
BalasHapusSelalu suka dengan tulisan mas yudha. Ada aja pemikiran yan bikin saya mengangguk setuju dengan pendapatmu, bang. Keren.
BalasHapuswaw... kerreeen...
BalasHapusvery inspiring...
Analogi yang Indah...
BalasHapuskeren bang Yudha...
salam kenal.... ^^
Wahh.. kereeennn banget!!
BalasHapuswow, keren bang, informatif, antaloginya keren.
BalasHapus