Kamis, 03 Maret 2016

TAKDIR ADOLF HITLER DAN MATEMATIKA KESUKSESAN KITA

Kejadian ini terjadi pada tahun 1930 di suatu musim panas di Jerman. Sebuah kecelakaan yang dahsyat hampir saja terjadi antara sebuah mobil berpenumpang dengan sebuah truk trailer besar. Namun pengemudi trailer tadi dengan cepat bereaksi menginjak pedal rem tepat pada waktunya. Siapapun yang menyaksikan kejadian ini pasti akan menarik nafas dalam-dalam karena sedetik saja pengemudi trailer tersebut terlambat menginjak rem, mobil penumpang tadi pasti akan tergilas habis dan kemungkinan besar penumpang di dalamnya akan tidak berbentuk lagi. 

Sekilas tidak ada yang istimewa dari cerita ini. Namun apa yang anda pikirkan jika saya katakan bahwa orang yang duduk di baris depan mobil berpenumpang tadi adalah Adolf Hitler, orang yang dua tahun setelah kejadian ini menjadi peguasa Jerman dan menyulut terjadinya perang dunia yang dahsyat. Tanpa sadar, respon cepat sopir trailer tersebut telah mempengaruhi sejarah dan wajah peradaban dunia yang kita tinggali hingga saat ini.

Cerita diatas menggambarkan bagaimana sebuah kejadian yang diluar kendali kita bisa mempengaruhi masa depan kita secara dramatis. Fakta ini harusnya membuat kita lebih rendah hati dalam menjalani kehidupan, karena kita menyadari adanya kekuatan yang jauh lebih besar di luar diri kita yang mempengaruhi jalan hidup kita. Ada seorang ulama yang mengatakan bahwa “yang akan menjadi kenyataan hidup bukan apa yang kita inginkan, namun apa yang Allah inginkan”.  Bukankah kita sering merasa berusaha mati-matian namun nihil hasilnya, sedangkan pada suatu saat kita merasa biasa-biasa saja namun hasilnya tidak diduga-duga?

Namun pada kenyataannya kita sering disesatkan oleh sebuah bias berpikir . Sebut saja fundamental attribution error. Bias ini menganggap kesuksesan kita berasal dari kemampuan, ketrampilan, atau keputusan yang kita buat; sementara kegagalan disebabkan karena nasib buruk. Padahal kenyataannya, hampir semua kesuksesan dan kegagalan disebabkan oleh pertautan yang rumit dan sulit diurai antara tindakan usaha kita dan keputusan takdir. Banyak keberhasilan atau kegagalan yang sulit dijelaskan dengan teori sederhana. 

Saya sendiri sampai hari ini masih sering bingung menganalisa apa penyebab keberhasilan atau kegagalan yang pernah saya alami pada satu kejadian apalagi jika kompenen penyebab keberhasilan atau kegagalan itu saya breakdown satu per satu menjadi variabel-variabel independen. Sebagai contoh keberhasilan saya pada sebuah peristiwa katakanlah disebabkan oleh sebuah usaha A. Namun setelah saya urai lebih lanjut ternyata usaha A itu tidak bisa berdiri sendiri. Ada pertolongan orang lain yang baru saja saya kenal secara ‘tidak sengaja’ yang membantu saya melakukan usaha A tadi. Kalau tidak ada campur tangan orang ini, usaha tadi jadi tidak menghasilkan. Nah kira-kira begitulah rumitnya mengurai sebuah kejadian jika kita pecah-pecah variabelnya

Nah sekarang pertanyaannya adalah “Kalau nasib sudah menentukan kesuksesan atau kegagalan kita, mengapa kita perlu belajar?” Jawabannya sederhana, kejadian di dunia ini tidak terjadi dalam logika biner atau angka nol dan satu. Kejadian di dunia ini terjadi dengan logika probabilitas atau hukum kemungkinan. Inilah hukum alam atau Sunatullohnya! 

Belajar dalam hal ini berfungsi meningkatkan probabilitas kita untuk sukses dan mengurangi dampak negatif bila takdir memutuskan cerita yang lain. Artinya, belajar tidak memastikan anda sukses, tapi bisa meningatkan kemungkinan sukses anda. Seberapa besar persisnya kenaikan kemungkinan sukses kita karena belajar? Tidak ada yang tahu karena itu wilayah ketuhanan. 

Pada suatu kejadian mungkin orang yang yang belajar 70% kalah melawan orang yang belajarnya hanya 30%. Namun probablilitas akan memihak orang yang belajar 70%, bila kejadian yang sama diulang beberapa kali. Semakin sering kejadian yang sama diulang, semakin besar probabilitas memihak anda. Nah sekarang mungkin anda berpikir, bagaimana jika saya tidak bisa mengulang peluang yang sama terjadi berkali-kali? Disinilah kelebihan orang-orang yang selalu belajar, mereka akan mampu menciptakan peluang-peluangnya sendiri!

Luck is what happens when preparation meets opportunity“? - Seneca

5 komentar:

  1. Betul sekali, kesuksesan tidak bisa dihitung dengan matematika manusaia.
    Seringkali hasil yang kita dapatkan tdk sejalan dengan usaha yang kita lakukan. Ini membuktikan adanya kekutan gaib yang mengatur segalanya.

    BalasHapus
  2. Tulisan mas Yudha selalu bikin saya takjub. Baguss banget.

    BalasHapus
  3. Wuiiihhh keren banget!!! Saya suka..saya suka..😍😍😍

    BalasHapus