Sekilas tidak
ada yang istimewa dari cerita ini. Namun apa yang anda pikirkan jika saya
katakan bahwa orang yang duduk di baris depan mobil berpenumpang tadi adalah
Adolf Hitler, orang yang dua tahun setelah kejadian ini menjadi peguasa Jerman
dan menyulut terjadinya perang dunia yang dahsyat. Tanpa sadar, respon cepat sopir
trailer tersebut telah mempengaruhi sejarah dan wajah peradaban dunia yang kita
tinggali hingga saat ini.
Cerita diatas
menggambarkan bagaimana sebuah kejadian yang diluar kendali kita bisa
mempengaruhi masa depan kita secara dramatis. Fakta ini harusnya membuat kita lebih rendah hati dalam menjalani kehidupan, karena kita menyadari adanya
kekuatan yang jauh lebih besar di luar diri kita yang mempengaruhi jalan hidup
kita. Ada seorang
ulama yang mengatakan bahwa “yang akan menjadi kenyataan hidup bukan apa yang
kita inginkan, namun apa yang Allah inginkan”. Bukankah kita sering merasa berusaha
mati-matian namun nihil hasilnya, sedangkan pada suatu saat kita merasa
biasa-biasa saja namun hasilnya tidak diduga-duga?
Namun pada kenyataannya kita sering disesatkan oleh sebuah bias berpikir . Sebut saja fundamental
attribution error. Bias ini menganggap kesuksesan
kita berasal dari kemampuan, ketrampilan, atau keputusan yang kita buat;
sementara kegagalan disebabkan karena nasib buruk. Padahal kenyataannya, hampir semua kesuksesan dan kegagalan disebabkan
oleh pertautan yang rumit dan sulit diurai antara tindakan usaha kita dan keputusan takdir. Banyak
keberhasilan atau kegagalan yang sulit dijelaskan dengan teori sederhana.
Saya sendiri
sampai hari ini masih sering bingung menganalisa apa penyebab keberhasilan atau
kegagalan yang pernah saya alami pada satu kejadian apalagi jika kompenen penyebab keberhasilan atau kegagalan itu saya breakdown satu per satu menjadi variabel-variabel
independen. Sebagai contoh keberhasilan saya pada sebuah peristiwa katakanlah disebabkan oleh sebuah usaha A. Namun setelah saya urai lebih lanjut
ternyata usaha A itu tidak bisa berdiri sendiri. Ada pertolongan orang lain yang
baru saja saya kenal secara ‘tidak sengaja’ yang membantu saya melakukan usaha A
tadi. Kalau tidak ada campur tangan orang ini, usaha tadi jadi tidak
menghasilkan. Nah kira-kira begitulah rumitnya mengurai sebuah kejadian jika
kita pecah-pecah variabelnya
Nah sekarang
pertanyaannya adalah “Kalau nasib sudah menentukan kesuksesan atau kegagalan kita, mengapa
kita perlu belajar?” Jawabannya sederhana, kejadian di dunia ini tidak
terjadi dalam logika biner atau angka nol dan satu. Kejadian di dunia ini terjadi
dengan logika probabilitas atau hukum kemungkinan. Inilah hukum alam atau Sunatullohnya!
Belajar dalam
hal ini berfungsi meningkatkan probabilitas kita untuk sukses dan mengurangi
dampak negatif bila takdir memutuskan cerita yang lain. Artinya, belajar tidak
memastikan anda sukses, tapi bisa meningatkan kemungkinan sukses anda. Seberapa
besar persisnya kenaikan kemungkinan sukses kita karena belajar? Tidak ada yang tahu karena itu
wilayah ketuhanan.
Pada suatu
kejadian mungkin orang yang yang belajar 70% kalah melawan orang yang belajarnya
hanya 30%. Namun probablilitas akan memihak orang yang belajar 70%, bila kejadian
yang sama diulang beberapa kali. Semakin sering kejadian yang sama diulang,
semakin besar probabilitas memihak anda. Nah sekarang mungkin anda berpikir, bagaimana jika
saya tidak bisa mengulang peluang yang sama terjadi berkali-kali? Disinilah kelebihan
orang-orang yang selalu belajar, mereka akan mampu menciptakan peluang-peluangnya
sendiri!
“Luck is what happens when
preparation meets opportunity“? - Seneca
Betul sekali, kesuksesan tidak bisa dihitung dengan matematika manusaia.
BalasHapusSeringkali hasil yang kita dapatkan tdk sejalan dengan usaha yang kita lakukan. Ini membuktikan adanya kekutan gaib yang mengatur segalanya.
Tulisan mas Yudha selalu bikin saya takjub. Baguss banget.
BalasHapusWuiiihhh keren banget!!! Saya suka..saya suka..😍😍😍
BalasHapusMakasih mba..
BalasHapusBagus sekali uraiannya..
BalasHapus