Suatu hari saya pernah iseng ingin tahu apa hubungannya sukses mengerjakan soal ujian sekolah dengan sukses di kehidupan nyata. Saya membuat tes kecil-kecilan yang berisi kurang lebih 50 soal pelajaran SD dan SMP yang dulu dipelajari di sekolah. Seingat saya, dulu soal-soal pelajaran seperti inilah yang membuat saya stress dan merasa ‘gagal belajar’.
Setelah soal
dibuat, saya meminta beberapa orang dewasa dari berbagai background pendidikan
dan profesi untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Mulai dari teman-teman
kuliah, beberapa orang yang saya anggap pintar, orang-orang dengan profesi
tertentu, bahkan ada guru sekolah yang ikut mengerjakan soal ini. Saya bahkan
memberikan iming-iming hadiah kalau ada yang bisa menjawab benar separuhnya
saja. Nah silahkan dibaca baik-baik, ini beberapa contoh soal yang saya
berikan:
- Sebutkan nama dua prasasti kerajaan Tarumanegara ……….
- Raja terakhir dari Kerajaan Singasari adalah .........
- Sidang kedua PPKI menetapkan adanya berapa kementrian?
- Jelaskan 5 jenis angin lokal...
- Jelaskan macam-macam penyerbukan…………..
- Jelaskan perbedaan antara suspensi dan koloid….
- Jelaskan susunan gerak partikel pada zat padat
- Jelaskan perbedaan rumus empiris dengan rumus molekul……
- Apa yang dimaksud reaksi endoterm...
- Sebutkan 7 urutan takson hewan....
- Sebutkan 4 lapisan matahari....
- Oksigen mendidih pada suhu –183 °C. Suhu ini sama dengan ............. K.
- Sepotong emas yang massa jenisnya 1.930 kg/m³ mempunyai volume 5 m³. Massa emas adalah ....
- dst
Apa yang
terjadi setelah mereka membaca soal-soal tersebut? Sangat mengejutkan! Tidak
sampai 5 orang yang bisa menjawab lebih dari 3 soal (dari 50 soal yang diberikan).
Dari 5 orang inipun jawaban mereka kebanyakan "asal jawab". Kalaupun
ada satu dua yang terjawab, lebih karena soal tersebut masih ada hubungan
dengan pekerjaan mereka saat ini. Selebihnya 'gelap'!
Kenapa sih saya iseng melakukan ide ini. Terus terang saya terinspirasi oleh sebuah kuis bernama Are you smarter than 5th grader?. Kuis ini menampilkan orang dewasa yang cukup sukses di bidangnya atau figur terkenal, seperti para profesional, olahragawan, pebisnis, politikus, ilmuwan bahkan lulusan perguruan tinggi dengan IP tinggi diadu dengan anak kelas 5 SD untuk menjawab soal-soal seputar materi pelajaran sekolah yang biasanya dikuasai anak-anak SD. Apa yang terjadi? Tentu saja ini adalah bagian menarik dari kuis ini yaitu penonton kerap kali menyaksikan para kontestan dikalahkan dengan telak oleh anak-anak SD tersebut.
Entah anda
setuju atau tidak, saya melihat kuis ini seperti ingin memberikan sebuah pesan
kepada kita semua bahwa “jika anda tidak bisa menjawab soal-soal pelajaran yang
dulu membuat anda pusing dan stres saat menghadapi ujian sekolah, It’s OK.
Tidak masalah sama sekali karena anda tetap bisa menjadi orang yang sukses di
kehidupan nyata!”
Lihatlah orang-orang yang sukses di berbagai bidang tadi. Mereka tidak bisa menjawab soal-soal itu dan mereka tetap jadi orang sukses di bidangnya. Artinya, pelajaran sekolah terbukti tidak menetap lama dalam memori mereka. Orang sukses itu masih baik-baik saja walaupun tidak bisa mengerjakan soal-soal tersebut.
Mengapa ini
bisa terjadi? Pengetahuan-pengetahuan pada soal diatas belum tentu dibutuhkan
setiap individu untuk menjalani kehidupannya masing-masing. Pelajaran-pelajaran
tersebut belum tentu relevan dengan konteks masing-masing individu. Coba saja
kita uji soal-soal matematika SMA kepada guru Bahasa Indonesia SMA berprestasi,
saya yakin guru Bahasa Indonesia teladan tersebut akan mengalami kesulitan
walaupun guru Bahasa Indonesia itu sebenarnya sudah mengalami belajar
matematika di SMA dulu. Itu masih sesama profesi guru, bagaimana dengan lintas
profesi, lebih tidak nyambung lagi konteksnya.
Jadi
sebenarnya kalau ada yang bilang untuk menjadi orang dewasa yang sukses
di sebuah bidang seseorang harus menguasai seluruh mata pelajaran yang
diajarkan melalui ritual sekolah, maka hal tersebut bisa di bilang mitos
belaka. Saya tidak mengatakan semua yang ditawarkan sekolah tidak berguna,
namun kalau boleh jujur banyak hal yang jauh lebih penting untuk di tanamkan
kepada siswa didik yang sesuai dengan konteks masing-masing siswa yang unik dan
tidak bisa diseragamkan dengan standar mata pelajaran dan tes.
Terakhir...,
saya yakin seandainya para orang sukses tadi ditanya apa yang membuat mereka
sukses di bidang mereka masing-masing, saya berani bertaruh jawaban mereka
tidak akan jauh dari pentingnya pendidikan SIKAP dan KARAKTER. Sesuatu yang
justru sering dilupakan oleh sekolah demi mengejar standar penilaian dan
kelulusan akademik.
Waahhh keren bgt semua isi ilmu nya dapet bgt dari ilmu sejarah sampai sains
BalasHapusTiada kata lagi selain sangat setuju!
BalasHapusTulisannya kaya akan ilmu. ^^
Saya sempat berharap bisa belajar seperti di luar negeri. Satu bidang, tapi fokus.
betul banget, Mas yudha,,, sikap dan karakter.
BalasHapusWaaahh
BalasHapusWaaahh
BalasHapusSetuju sekali mas Yudha. Karakter dan sikap. Suka sekali dengan tulisan mas yudha.
BalasHapusSetuju mas Yudha..pendidikan sikap Dan katakter sangat penting Dan utama. Dan orangtua pun berperan penting juga dalam pencapaiannya..bukan hanya tugas guru saja..
BalasHapussetuju, seperti japan yg menerapkan pendidikan karakter utk ank SD slama 3 tahun, fokus pd karakter..
BalasHapussetuju, seperti japan yg menerapkan pendidikan karakter utk ank SD slama 3 tahun, fokus pd karakter..
BalasHapus